Minggu, 28 Februari 2021

BIOGRAFI TOKOH

A. Menilai Keteladanan Tokoh dari Teks Biografi



Biografi KH. Hasyim Asy’ari

KH. Hasyim Asy’ari memiliki nama lengkap Muhammad Hasyim bin Asy’ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim atau yang populer dengan nama Pangeran Benawa bin Abdul Rahman yang juga dikenal dengan julukan Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fatah bin Maulana Ishaq bin Ainul Yakin yang populer dengan sebutan Sunan Giri. Sementara dari jalur ibu adalah Muhammad Hasyim binti Halimah binti Layyinah binti Sihah bin Abdul Jabbar bin Ahmad bin Pangeran Sambo bin Pangeran Benawa bin Jaka Tingkir atau juga dikenal dengan nama Mas Karebet bin Lembu Peteng (Prabu Brawijaya VI). Penyebutan pertama menunjuk pada silsilah keturunan dari jalur bapak, sedangkan yang kedua dari jalur ibu.[1]

Ditilik dari dua silsilah diatas, Kiai Hasyim mewakili dua trah sekaligus, yaitu bangawan jawa dan elit agama (Islam). Dari jalur ayah, bertemu langsung dengan bangsawan muslim Jawa (Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir) dan sekaligus elit agama Jawa (Sunan Giri). Sementara dari jalur ibu, masih keturunan langsung Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng) yang berlatar belakang bangsawan Hindu Jawa.

Kiai Hasyim dilahirkan dari pasangan Kiai Asy’ari dan Halimah pada hari Selasa kliwon tanggal 14 Februari tahun 1871 M atau bertepatan dengan 12 Dzulqa’dah tahun 1287 H. Tempat kelahiran beliau berada disekitar 2 kilometer ke arah utara dari kota Jombang, tepatnya di Pesantren Gedang. Gedang sendiri merupakan salah satu dusun yang terletak di desa Tambakrejo kecamatan Jombang.

Sejak masa kanak-kanak, Kiai Hasyim hidup dalam lingkungan Pesantren Muslim tradisional Gedang. Keluarga besarnya bukan saja pengelola pesantren, tetapi juga pendiri pesantren yang masih cukup populer hingga saat ini. Ayah Kiai Hasyim (Kiai Asy’ari) merupakan pendiri Pesantren Keras (Jombang). Sedangkan kakeknya dari jalur ibu (Kiai Utsman) dikenal sebagai pendiri dan pengasuh Pesantren Gedang yang pernah menjadi pusat perhatian terutama dari santri-santri Jawa pada akhir abad ke-19. Sementara kakek ibunya yang bernama Kiai Sihah dikenal luas sebagai pendiri dan pengasuh Pesantren Tambak Beras Jombang.

Pada umur lima tahun Kiai Hasyim berpindah dari Gedang ke desa Keras, sebuah desa di sebelah selatan kota Jombang karena mengikuti ayah dan ibunya yang sedang membangun pesantren baru. Di sini, Kiai Hasyim menghabiskan masa kecilnya hingga berumur 15 tahun, sebelum akhirnya, meninggalkan keras dan menjelajahi berbagai pesantren ternama saat itu hingga ke Makkah.

Pada usianya yang ke-21, Kiai Hasyim menikah dengan Nafisah, salah seorang putri Kiai Ya’qub (Siwalan Panji, Sidoarjo). Pernikahan itu dilangsungkan pada tahun 1892 M/1308 H. Tidak lama kemudian, Kiai Hasyim bersama istri dan mertuanya berangkat ke Makkah guna menunaikan ibadah haji. Bersama istrinya, Nafisah, Kiai Hasyim kemudian melanjutkan tinggal di Makkah untuk menuntut ilmu. Tujuh bulan kemudian, Nafisah menninggal dunia setelah melahirkan seorang putra bernama Abdullah. Empat puluh hari kemudian, Abdullah menyusul ibu ke alam baka. Kematian dua orang yang sangat dicintainya itu, membuat Kiai Hasyim sangat terpukul. Kiai Hasyim akhirnya memutuskan tidak berlama-lama di Tanah Suci dan kembali ke Indonesia setahun kemudian.

Setelah lama menduda, Kiai Hasyim menikah lagi dengan seorang gadis anak Kiai Romli dari desa Karangkates (Kediri) bernama Khadijah. Pernikahannya dilakukan sekembalinya dari Makkah pada tahun 1899 M/1325 H. Pernikahannya dengan istri kedua juga tidak bertahan lama, karena dua tahun kemudian (1901), Khadijah meninggal.

Untuk ketiga kalinya, Kiai Hasyim menikah lagi dengan perempuan nama Nafiqah, anak Kiai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan Madiun. Dan mendapatkan sepuluh orang anak, yaitu: Hannah, Khoiriyah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid, Abdul Hakim, Abdul Karim, Ubaidillah, Mashurah, dan Muhammad Yusuf. Perkawinan Kiai Hasyim dengan Nafiqah juga berhenti di tengah jalan, karena Nafiqah meninggal dunia pada tahun 1920 M.

Sepeninggal Nafiqah, Kiai Hasyim memutuskan menikah lagi dengan Masrurah, putri Kiai Hasan yang juga pengasuh Pesantren Kapurejo, pagu (Kediri). Dari hasil perkawinan keempatnya ini, Kiai Hasyim memiliki empat orang anak: Abdul Qadir, Fatimah, Khadijah dan Muhammad Ya’qub. Perkawinan dengan Masrurah ini merupakan perkawinan terakhir bagi Kiai Hsyim hingga akhir hayatnya.

Riwayat Pendidikan KH. M. Hasyim Asy’ari

Kiai Hasyim dikenal sebagai tokoh yang haus pengetahuan agama (islam). Untuk mengobati kehausannya itu, Kiai Hasyim pergi ke berbagai pondok pesantren terkenal di Jawa Timur saat itu. Tidak hanya itu, Kiai Hasyim juga menghabiskan waktu cukup lama untuk mendalami islam di tanah suci (Makkah dan Madinah). Dapat dikatakan, Kiai Hasyim termasuk dari sekian santri yang benar-benar secara serius menerapkan falsafah Jawa, “Luru ilmu kanti lelaku (mencari ilmu adalah dengan berkelana) atau sambi kelana”           

Karena berlatar belakang keluarga pesantren, Kiai Hasyim secara serius di didik dan dibimbing mendalami pengetahuan islam oleh ayahnya sendiri dalam jangka yang cukup lama mulai dari anak-anak hingga berumur lima belas tahun. Melalu ayahnya, Kiai Hasyim mulai mengenal dan mendalami Tauhid, Tafsir, Hadith, Bahasa Arab dan bidang kajian islam lainnya. Dalam bimbingan ayahnya, kecerdasan Kiai Hasyim cukup menonjol. Belum genap berumur 13 tahun, Kiai Hasyim telah mampu menguasai berbagai bidang kajian islam dan dipercaya membantu ayahnya mengajar santri yang lebih senior.

Belum puas atas pengetahuan yang didapatkan dari ayahnya, Kiai Hasyim mulai menjelajahi beberapa pesantren. Mula-mula, Kiai Hasyim belajar di pesantren Wonokoyo (Probolinggo), lalu berpindah ke pesantren Langitan (Tuban). Merasa belum cukup, Kiai Hasyim melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Pesantren Tenggilis (Surabaya), dan kemudian berpindah ke Pesantren Kademangan (Bangkalan), yang saat itu diasuh oleh Kiai Kholil. Setelah dari pesantren Kiai Kholil, Kiai Hasyim melanjutkan di pesantren Siwalan Panji (Sidoarjo) yang diasuh oleh Kiai Ya’kub dipandang sebagai dua tokoh penting yang berkontribusi membentuk kapasitas intelektual Kiai Hasyim. Selama tiga tahun Kiai Hasyim mendalami berbagai bidang kajian islam, terutama tata bahasa arab, sastra, fiqh dan tasawuf kepada KiaivKholil. Sementara, di bawah bimbingan Kiai Ya’kub, Kiai Hasyim berhasil mendalami Tauhid, fiqh, Adab, Tafsie dan Hadith.

Atas nasihat Kiai Ya’kub, Kiai Hasyim akhirnya meninggalkan tanah air untuk berguru pada ulama-ulama terkenal di Makkah sambal menunaikan ibadah haji untuk kali kedua. Di Makkah, Kiai Hasyim berguru pada syaikh Ahmad Amin al-Attar, Sayyid Sultan bin  Hashim, Sayyid Ahmad bin Hasan al-Attas, Syaikh Sa’id al-Yamani, Sayyid Alawi bin Ahmad al-Saqqaf, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Abdullah al-Zawawi, Syaikh Salih Bafadal, dan Syaikh Sultan Hasim Dagastana, Syaikh Shuayb bin Abd al-Rahman, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Rahmatullah, Sayyid Alwi al-Saqqaf, Sayyid Abu Bakr Shata al-Dimyati, dan Sayyid Husayn al-Habshi yang saat itu menjadi multi di Makkah. Selain itu, Kiai Hasyim juga menimba pengetahuan dari Syaikh Ahmad Khatib Minankabawi, Syaikh Nawawi al-Bnatani dan Syaikh Mahfuz al-Tirmisi. Tiga nama yang disebut terakhir (Khatib, Nawawi dan Mahfuz) adalah guru besar di Makkah saat itu yang juga memberikan pengaruh signifikan dalam pembentukan intelektual Kiai Hasyim di masa selanjutnya.

Presatasi belajar Kiai Hasyim yang menonjol, membuatnya kemudian juga mmperoleh kepercaaan untuk mengajar di Masjid al-Haram. Beberapa ulama terkenal dari berbagai negara tercatat pernah belajar kepadanya. Di antaranya ialah Syaikh Sa’d  Allah al-Maymani (mufti di Bombay, India), Syaikh Umar Hamdan (ahli hadith di Makkah), al-Shihan Ahmad bin Abdullah (Syiria), KH. Abdul Wahhanb Chasbullah (Tambakberas, Jombang), K. H. R Asnawi (Kudus), KH. Dahlan (Kudus), KH. Bisri Syansuri (Denanyar, Jombang), dan KH. Saleh (Tayu).

Seperti disinggung di atas, Kiai Hasyim pernah mendapatkan bimbingan langsung dari Syaikh Khatib al-Minankabawi dan mengikuti halaqah-halaqah yang di gelar oleh gurunya tersebut. Beberapa sisi tertentu dari pandangan Kiai Hasyim, khususnya mengenai tarekat, diduga kuat juga dipengaruhi oleh pemikiran kritisnya gurunya itu, meskipun pada sisi yang lain Kiai Hasyim berbeda dengannya. Dialektika intelektual antara guru dan murid (Syaikh Khatib Kiai Hasyim) ini sangat menarik.

Sejak masih di Makkah, Kiai Hasyim sudah memiliki ketertarikan tersendiri dengan tarekat. Bahkan , Kiai Hasyim juga sempat mempelajari dan mendapat ijazah tarekat Qadiriyah wa Naqshabandiyah melalui salah melalui salah satu gurunya (Syaikh Mahfuz).

Karya-Karya KH. Hasyim Asy’ari

Adapun di antara beberapa karya KH. Hasyim Asy’ari yang masih bisa ditemui dan menjadi kitab wajib untuk dipelajari di pesantren-pesanttren Nusantara sampai sekarang antara lain:[2]

  1. At-Tibyan fi al-Nahy’an Muqatha’at al-Arham wa al-Aqarib wa al-Ikhwan

Kitab ini selesai ditulis pada hari Senin, 20 Syawal 1260 H dan kemudian diterbitkan oleh Muktabah al-Turats al-Islami, Pesantren Tebuireng. Kitab tersebut berisi penjelasan mengenai pentingnya membangun persaudaraan di tengah perbedaan serta memberikan penjelasan akan bahayanya memutus tali persaudaraan atau silatuhrami.

  1. Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam’iyyat Nahdlatul Ulama

Kitab ini berisikan pemikiran KH. Hasyim Asy’ari. Terutama berkaitan dengan NU. Dalam kitab tersebut, KH. Hasyim Asy’ari menguntip beberapa ayat dan hadits yang menjadi landasannya dalam mendirikan NU. Bagi penggerak-penggerak NU, kitab tersebut barangkali dapat dikatakan sebagai bacaan wajib mereka.

  1. Risalah fi Ta’kid al-Akhdzi bi Mazhab al-A’immah al-Arba’ah

Dalam kitab ini, KH. Hasyim Asy’ari tidak sekedar menjelaskan pemikiran empat imam madzhab, yakni Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam Abu Ahmad bin Hanbal. Namun, ia juga memaparkan alasan-alasan kenapa pemikiran di antara keempat imam itu patut kita jadikan rujukan.

  1. Arba’ina Haditsan Tata’allaqu bi Mabadi’ Jam’iyyat Nahdlatul Ulama

Sebagaimana judulnya, kitab ini berisi empat puluh hadits pilihan yang sangat tepat dijadikan pedoman oleh warga NU. Hadits yang dipilih oleh KH. Hasyim Asy’ari terutama berkaitan dengan hadits-hadits yang mejelaskan pentingnya memegang prinsip dalam kehidupan yang penuh dengan rintangan dan hambatan ini.

  1. Adab al-‘Alim wa al-Muta’alim fi ma Yanhaju Ilaih al-Muta’allim fi Maqamati Ta’limihi

Pada dasarnya, kitab ini merupakan resume dari kitab Adab al-Mu’allim karya Syekh Muhamad bin Sahnun, Ta’lim al-Muta’allim fi Thariqat al-Ta’allum karya Syekh Burhanuddin az-Zarnuji, dan Tadzkirat al-Syaml wa al-Mutakalli fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim karya Syekh Ibnu Jamaah. Meskipun merupakan bentuk resume dari kitab-kitab tersebut, tetapi dalam kitab tersebut kita dapat mengetahui betapa besar perhatian KH. Hasyim Asy’ari terhadap dunia pendidikan.

  1. Rasalah Ahl aas-Sunnah wa al-Jamaah fi Hadts al-Mauta wa Syuruth as-Sa’ah wa Bayani Mafhum as-Sunnah wa al-Bid’ah

Karya KH. Hasyim Asy’ari yang satu ini barangkali dapat dikatakan sebagai kitab yang relevan untuk dikaji saat ini. Hal tersebut karena di dalamnya banyak membahas tentang bagaimana sebenarnya penegasan antara sunnag dan bid’ah. Secara tidak langsung, kitab tersebut banyak membahas persoalan-persoalan yang bakal muncul di kemudian hari. Terutama saat ini.

Dalam beberapa karya KH. Hasyim Asy’ari tersebut, kita dapat menyimpulkan betapa besar dan luasnya perhatian KH. Hasyim Asy’ari terhadap agama serta betapa mendalamnya pengetahuannya di bidang tersebut. Karya-karya KH. Hasyim Asy’ari itu menjadi bukti tak terbantahkan betapa ia memang merupakan seorang ulama sam mujtahid yang telah banyak mengahasilkan berbagai warisan tak ternilai, baik dari segi keilmuan maupun dari segi keorganisasian seperti halnya NU.

*Mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.


Minggu, 14 Februari 2021

B. MENGANALISIS KEBAHASAAN ARTIKEL


Ciri-ciri artikel adalah sebagai berikut :
  • Isi tulisan didasari oleh fakta bukan sekedar mitos yang belum terjamin kebenarannya.
  • Bersifat faktual dan informatif, mengungkapkan informasi yang berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
  • Artikel ilmiah juga memiliki opini atau analisa pemikiran-pemikiran penulis, akan tetapi pemikiran itu dikuatkan/didasari oleh data valid berupa hasil penelitian sebelumnya.
  • Artikel menggunakan metode penulisan yang sistematis, dengan tujuan agar semua informasi dalam artikel dapat diterima oleh masyarakat luas.
  • Artikel menggunakan ragam bahasa yang resmi dan baku.

Jenis artikel secara umum berupa narasi, deskripsi, argumentasi, dan persuasi. Secara sederhana narasi dikenal sebagai cerita, pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu, didalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik, narasi dapat berisis fakta atau fiksi.

Artikel deskripsi berisi gambaran mengenai suatu hal/kejadian sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasakan hal tersebut. Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti.

Dalam artikel argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca, adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut. Dan dalam artikel persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.

Struktur teks dalam artikel pada umumnya adalah pembuka, isi, dan penutup.

D. MENGEMBANGKAN PERMASALAHAN DALAM DEBAT


1. Melaksanakan Debat

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) masalah adalah seuatu yang harus diselesaikan. Masalah yang dibahas atau dicarikan solusi dalam kegiatan debat tersebut biasanya berkaitan dengan isu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dengan isu politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya.

Topik : Rekayasa Genetika pada buah-buahan

Tinjauan :

  • menghasilkan buah-buahan berkualitas tinggi
  • meningkatkan ketahanan pada buah-buahan
  • meningkatkan kualitas buah-buahan yang lebih besar dan lebih ekonomis
  • menghasilkan buah-buahan tanpa biji

Pendapat beberapa pihak :

Buah hasil rekayasa memiliki efek negatif terhadap tubuh, seperti perubahan gen yang terjadi karena meningkatnya racun yang dikandung dalam buah, juga menurunkan kandungan nutrisi alami buah sehingga menjadikan manusia yang mengonsumsinya tresisten terhadap antibiotik.

2. Mengevaluasi Pelaksanaan Debat

Hasil debat dievaluasi menggunakan notula. Menurut KBBI notula bermakna catatan singkat mengenai jalannya persidangan/rapat serta hal yang dibicarakan dan diputuskan. Jadi notula adalah sebuah ringkasan tentang hasil pembicaraan dalam rapat, seperti diskusi, seminar, dan debat yang bersifat ringkas, padat, sistematis,dan menyeluruh.

Notula pada umumnya memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai bukti telah diadakan rapat dan sebagai ukuran kesuksesan rapat. Dengan demikian, jika hasil debat tertulis dalam notula, kita dapat mengetahui apakah semua tujuan debat tersebut telah berhasil dilaksanakan atau tidak.

Selasa, 09 Februari 2021

B. MERANCANG BAGIAN-BAGIAN KARYA ILMIAH


1. Pedahuluan

a. Latar Belakang Masalah, dimaksudkan untuk menjelaskan alasan timbulnya masalah dan pentingnya untuk dibahas, baik itu dari segi pengembangan ilmu, kemasyarakatan, ataupun dalam kaitannya kehidupan pada umumnya. Butir penting yang perlu disajikan : 

  1. alasan rasional dan esensial 
  2. gejala-gejaka kesenjangan yang ada di masyarakat
  3. kerugian-kerugian yang mungkin ditimbulkan
  4. keuntungan yang mungki diperoleh
  5. penjelasan singkat tengtang posisi maslah yang akan dibahas

b. Perumusan Masalah, pengajuan masalah sangat diperlukan dalam karya ilmiah berbentuk laporan penelitian. Masalah adalah segala sesuatu yang dianggap membingungkan oleh penulis. Berangkat dari adanya sesuatu yang membingungkan itulah, kemudian penulis menganggap perlu untuk melakukan langkah-langkah pemecahan, misalnya melalui penelitian. 

c. Tujuan Penelitian, adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang dirumuskan.

2. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis disebut juga kajian pustaka atau teori landasan. Dimulai dengan mengidentifikasi dan mengkaji berbagi teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis.
Disamping itu, dalam kerangka teoritis dilakukan pengkajian terhadap penelitian yang telah dilakukan penulis lainnya. Secara spesifik penyusunan kerangka teoritisnya seperti berikut ini :
  1. pengkajian terhadap teori-teori ilmiah yang akan digunakan dalam analisis
  2. pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan
  3. penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis dengan menggunakan premis-premis sebagaimana yang tercantum di butir (1) dan (2) dengan menyatakan secara tersurat postulat, asumsi, dan prinsip yang dipergunakan.
     4. perumusan hipotesis

Rehat sejenak semoga corona cepat berlalu dan angkatan kalian bisa menikmati lagi keindahan sekolah tatap muka. 
Klik link berikut! 


bantu like, comment, dan subscribe
Salam sukses

Sabtu, 06 Februari 2021

ARTIKEL


Artikel adalah karangan faktual yang ditulis secara ringkas, jelas, logis, dan lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan melalui koran, majalah, buletin, portal internet, dan sebagainya. Tujuan penulisan artikel adalah menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur. Isi artikel dapat bermacam-macam, beberapa contoh yang sering kita baca adalah artikel sejarah, petualangan, argumentasi, hasil penelitian atau bimbingan untuk melakukan/mengajarkan sesuatu.

A. Menganalisis Artikel

Artikel terdiri dari gagasan-gagasan yang tertuang dalam bentuk kalimat pada masing-masing paragraf. Gagasan inilah yang disebut dengan ide pokok penulisan. Cara menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel adalah dengan membaca secara intensif dan mengamati masing-masing paragraf untuk menemukan gagasan pokok yang ada di dalamnya. Gagasan pokok atau gagasan utama tertuang ke dalam kalimat utama pada tiap-tiap paragraf. Kalimat utama atau gagasan pokok dapat dijumpai di awal, tengah, akhir, atau awal dan akhir paragraf. 

Bacalah contoh artikel pada link berikut dengan seksama !


Jawablah pertanyaan berikut !
  1. Mengapa bahasa jurnalistik harus tunduk pada kaidah bahasa yang telah dibakukan, baik kaidah tata bahasa, kaidah ejaan, maupun tanda baca yang telah diatur oleh Pemerintah ?
  2. Apakah aturan terbaru pemerintah mengenai Ejaan Bahasa Indonesia ?
  3. Bagaimana penulisan "Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno" yang benar ?
  4. Apakah perbedaan "Toegiran S.H." dan "Toegiran, S.H."?
  5. Aspek kebahasaan apa sajakah yang disorot dalam artikel di atas !

C. MENGANALISIS ISI DEBAT

1. Mengidentifikasi Isi Debat

Perhatikan contoh debat berikut ini !

https://www.youtube.com/results?search_query=contoh+debat+bahasa+indonesia



Pada pembahasan kali ini, kita akan coba menganalisis isi debat dari hasil menonton dan mendengarkan video di atas. Tulislah hasil analisis kalian pada bagan seperti berikut ini !


B. Memberikan Tanggapan Terhadap Pelaku Debat

Debat merupakan kegiatan yang membicarakan kepentingan umum tanpa menimbulkan konflik. Peserta debat dapat berargumen, memberi saran, mengkritik, atau menyanggah pendapat peserta dari kelompok lain dengan santun. Kalian dapat menilai performa debat dengan memperhatikan pesertanya.

Memberikan tanggapan dalam sebuah debat bisa menggunakan cara seperti pada kolom berikut !



B. Mengonstruksi Isi Debat Secara Lisan

 


1. Menyaksikan Debat Melalui Internet

Acara debat sering disiarkan di TV ataupun ditayangkan di internet yang bertujuan untuk memberikan referensi kepada masyarakat dalam memandang sebuah permasalahan.

2. Melaksanakan dan Mengevaluasi Debat

Debat dilaksanakan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Peserta debat harus mampu menghargai pendapat oranglain yang berbeda pendapat dengannya. Dengan demikian, beragam pendapat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dilihat dari beragam sudut pandang.


Senin, 01 Februari 2021

MENDALAMI KARYA ILMIAH

A. Mengidentifikasi Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah tulisan yang disusun dengan metode ilmiah, yakni metode yang berdasarkan cara berpikir yang sistematis dan logis. Karya ilmiah menghadirkan masalah yang objektif dan faktual. Misalnya apabila kita menemukan tulisan yang bertopik "Transmigrasi sebagai upaya pemerataan penduduk", secara sekilas kita sudah dapat menebak bahwa tulisan tersebut merupakan tulisan jenis karya ilmiah. 

Lain halnya jika topik "Prahara cinta tak direstui" karena tulisan ini memiliki beberapa kemungkinan. Apabila topik tersebut mengemukakan sesuatu masalah yang benar-benar  terjadi,tulisan tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tulisan ilmiah. Sementara itu, bila masalah tersebut mengungkapkan hal-hal yang bersifat imajinatif, maka tulisan tersebut termasuk karangan non ilmiah atau fiksi.

Ciri karya tulis ilmiah yaitu :

  • materi yang dibahas berupa aspek rasionalitas artinya objektivitas dan kelengkapan data sangat penting untuk membuktikan bahwa tingkat kebenarannya tidak terbantahkan.
  • bersifat impersonal yakni penulis tidak menyebut dirinya dengan menggunakan kata ganti aku, kamu, dan dia melainkan menggunakan kata yang universal seperti "ilmuwan"
  • menggunakan kata dan kalimat lugas agar tidak menimbulkan makna ganda. Bahasa yang digunakan harus reproduktif, artinya jika penulis menyampaikan informasi berupa A, maka  pembaca pun harus menerima informasi berupa A

Perhatikan video insprirasi berikut !

Silahkan bantu like, komen, dan subscribe !
Rindu Rasulullah TV

https://www.youtube.com/watch?v=64EMpjquKYA

L.K. 3.1 MENYUSUN BEST PRACTICE (SYAMSUL FUAD)

    Menyusun Cerita Praktik Baik ( Best Practice ) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil dan Dampak) Terkai...